Jumat, 12 Februari 2016

Kumpulan Puisi Ibrahim Satah

Data buku kumpulan puisi

Judul : -
Penulis Ibrahim Sattah
Sumber : Majalah Sagang No. 184, Januari 2014



SEBAB

ingin kujanjikan laut jadi gurun
ikan dan sekalian hewan
pindahlah ke
bulan
sebab laut sebab pantai
sebab laut bernama laut sebab pantai bernama pantai
sebab maut bernama maut
sebab saatnya
sampai

1980-1981


TAFAKUR

hhhhhhhuuuuuuu
allah
luangkan ruang kanan di gaunggaib gunaguna-Mu
dan kepadanya
berikan
1972



SANSAUNA

Angin berzanji jejak ke punca cemara
membawa dunia
ke rimba di rimba ke rimba
sansauna
di sana dia di sana rimbanya
di sana sansauna
membuka
telaga
ditimbanya debu dari debu dari situ
ditimbanya batu dari batu
ditimbanya
aku
ditimbanya lipan dari lipan dari hewan
ditimbanya naga ditimbanya singa dari sana
ditimbanya bulan dari bulan
dari telaga
cahaya
nya

sansauna rimba sansauna rimba cahaya
ke
rimba
di
rimba
ke
rimba sansauna
di sana angin berzanji jejak ke punca cemara
membawa
dunia
ke
rimba
di
rimba sansauna
di sana dia
di sana sansauna
menyimpan
janji
nya

1980


KAKI

ada kaki kaki kau ada kuku kuku kau
ada katak katak kau ada kuda kuda kau ada kuli
kuli kau
tokkek
kuku kuli kuku kau kaki kuli kaki kau
kaki kuda kaki kau kuku kuda kuku
kau
kuku katak kuku kau
kaki katak kaki
kau
tokkek
kaki ke kanan jauh ke depan jauh ke matahari
mendaki kekiri ke
punca ke mana
kaki ka pai ka ma katamu kataku kaki ka pai lai
kaki ka pai ka ma katamu kataku
kaki ka pai kini
kaki ka pai ka ma katamu
kataku kaki
ka pai
juo
kaki ke mana kita katamu kataku diamlah kau
kaki kau kaki katak kuku katak kuku kau
kuku kuda kuku kau kaki kuda kaki
kau
kaki kuli kaki kau kuku kuli kuku
kau
tokkek

sebut sekian kaki satu sekian kaki kau
sebut sekian kali kali sekian kaki
kau
sebut sekian depa berapa rimba ke kau
sebut sekian dupa berapa mantera ke
kau
sebut sekian kata
berapa doa ke
kau
sebut sebanyak rumput sebut sebanyak mulut
tumpahkan tuak
biar bijak
jejak ke
kau
ke mana kita katamu
kataku diamlah
kau

1980-1981


IBRAHIM

I
maaaaaaak bulan menjilat kudaku huu bulan tak malu
lihat ‘tu kuda menggeliat talinya putus
shiii hausnya putus
mak minta parang – mau apa parang – mau nebang pering -
- mau apa pering - mau juluk bulan – mau apa bulan –
- maaaaaaak kudaku kaku kudaku kaku kudaku –
- kaku
- ?

II
alangkah sukanya masa kanak kemanamana main kasti
kemanamana lari ke tiangtiang
kena rejam maka tak jadi menang
cokcok kelupit kelupit tulang daing
dilidi dilecit dicubit dilepas sampai jauh
mengerling
pergi
sejauh hati
semakin jauh
ke rimba di rimba ke rimba sansauna
ke mana kita katamu kataku diamlah kau
naga tak ada singa tak ada rimau tak ada di sana
sansauna lebih hebat dari naga lebih bisa dari singa
lebih pukau dari rimba
dari walau
wa
walau
wa
walau
wu
walau
wi

1980


KAU

kuku karang kuku kau kuku laut kuku kau
kuku ombak kuku cahaya
suara karang suara kau suara laut suara kau
suara ombak suara kau
mengapa hilang
di mana
mengapa jauh
di mana
mengapa tegak
di mana
mengapa pijak
di mana
mengapa ada
di mana
mengapa diam
di mana
datang aku datang cahaya datang laut
datang ombak datang karang

bisa kau
bisa cahaya
bisa laut
bisa ombak
bisa karang
bisa pulau
tidak kau
tidak cahaya
tidak laut
tidak ombak
tidak karang
tidak pulau
tidak bumi
tidak Adam
tidak ada
tidak aku
tidak dayang-dayangmu
menggapai
menggapaigapai ke
langit
mencari surgawi
mencari wa
mencari wu
mencari wi
mencari wa wu wi
mencari wi wu wa
yang hanya wa
yang hanya wu
yang hanya wi
yang hanya wa wu wi
yang hanya wi wu wa

kuku karang ku kau kuku laut kuku kau
kuku ombak kuku cahaya
      pulang cahaya
      pulang kau
      pulang karang
      pulang laut
      pulang ombak
      pulang kau
      pulang cahaya
tinggalkan aku di mana tapi
jangan tinggalkan aku
pulang kau pulang kau pulang kau
pulang
aku
dalam hala-Mu

1972


DUKA

duka ?

duka itu anu
duka itu saya saya ini kau kau itu duka
duka bunga duka daun duka duri duka hari

dukaku duka siapa dukamu duka siapa duka bila duka apa

duka yang mana duka dunia ?

: DUKA DUKI

Dukaku. Dukamu. Duka diri dua jari dari sepi

1972


1974

burung dan ramarama mengangkat sayapnya
pergi berdepan dengan matahari
sebelum akhirnya kembali mendiamkan
sepi


MAUT

dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam
diamdiam
maut
Bismillah

bismillah mawar
bismillah langit bismillah laut bismillah bumi
bismillah hati
bismillah sekali janji
a i u e o a i u e o a i u e o a i u e o
a i u e o a i u e o
a i u e o

patala mawar rinduku
petala langit bapaku petala bumi ibuku
petala laut lukaku
a i u e o
namaku

mari mawar mari bumi
mari hati
mari laut lepaskan ombakmu
mari langit tuangkan anggurmu
mabuk pun aku
bismillah sekali janji
t r r r r r r r a a a a a a a k k k k k k k k

!
Dan Dan Did

Maka adalah pasir
Maka adalah batu
Adalah bayang
Adalah air
Dan ini dan itu dan engkau dan aku: Dan Dan did

Di sana pasir di sini pasir di sana batu di sini batu
Di sana bayang di sini bayang di sana ar di sini air
Siapa itu?
Maka adalah lengang
Terkepung dalam beragam makna di mana aku ada
Dan sebagaimana biasa aku pun lupa sesuatu
Yang tak kutahu:
Indandid indekandekid indekandekudeman
indandid

Kaulah itu
Yang membasuh kaki yang membasuh bumi
Yang ada dan tak ada yang hilang tak hilang jauh
tak jauh
Di pasir di batu di bayang di air di sunyi di situ di
sana di sini

Di mana aku?
Kuraba anumu
Kusapa jua diriku
Kanak-kanak dan kupu-kupu
Yang di kakimu itu: Dan dan did
Indekandekid indekandekundeman indandid

1971


Tentang Ibrahim Sattah
Ibrahim Sattah lahir tahun 1943 di Tarempa, Pulau Tujuh, Riau. Ibrahim Sattah yang tercatat sebagai anggota Polri ini mulai dikenal ketika puisi-puisinya dimuat di majalah sastra Horison pada tahun 70-an.
Karya-karya penyair berpendidikan terakhir kelas 1 SMA dan pernah menjadi dosen Universitas Islam Riau serta Wakil Kepala Pusat Penerangan Angkatan Bersenjata RI Riau/Sumatera Barat itu terkumpul dalam: Dandandid (1975), Ibrahim (1980), dan Hai Ti (1981).
Tahun 1975 Ibrahim Sattah membacakan puisi-puisinya di Den Haag, Belanda. Di musim panas 1976 ia terpilih menjadi peserta Festival Puisi Antar Bangsa di Rotterdam, mengikuti program Asean Poetry Reading International di Rotterdam.

Pada tahun 2006 penerbit Unri Press menerbitkan kembali kumpulan sajak-sajak Dandandid, Ibrahim dan Haiti dalam buku bertajuk Sansauna. Ibrahim Sattah meninggal pada usia 45 tahun pada selasa pagi 19 Januari 1988.

  

0 komentar

Posting Komentar